Senin, 11 Agustus 2014

Teman Hidup. Part - 1


“kamu tau semua sifat aku engga?” tanyanya. Aneh, tak biasanya suasana setegang ini.
“tau lah kita kan udah pacaran setaun lebih” jawabku mantap, berusaha berfikiran positif.
“kamu tau aku anaknya bosenan?” tanyanya, lagi. Aura negatif mulai menguasai fikiranku, aku tetap berusaha tenang.
“tau” jawabku.
“aku bosen sama hubungan kita” ungkapnya
‘tesss..’
Air mataku menetes, tanganku menghapusnya. Bagaimanapun aku tak mau terlihat lemah dihadapannya.
“terus selama ini apa?” tanyaku mencari kejelasan pasalnya tak ada masalah dalam hubungan kami, semua berjalan baik, dia sama sekali tak menunjukkan rasa bosannya.
“semua itu untuk nutupin rasa bosen aku, aku enggak enak sama kamu. Awalnya aku kira rasa bosen ini Cuma bakal sesaat ternyata bosen aku berkelanjutan. Kita udahan yaa. Percaya sama aku, kamu akan dapetin laki-laki yang lebih baik dari aku” ungkapnya berjalan pergi meninggalkan aku dan air mataku.


***

Semudah itu kah ia ucapkan pisah?
Semudah itu kah melupakan semua?

Air mataku terus mengalir, berulang kali aku menyeka tapi percuma.
Semua bayangan yang telaah berlalu mulai terputar satu persatu.

***

Ini hari ketiga aku putus dengan Reza, aku sudah cukup merasa tenang.  Sudah sejak kemarin Reza tidak menampakkan batang hidungnya di kampus entah mengapa justru aku merasa lega. Dan aku berharap tidak bertemu Reza selamanya.
Aku mempercepat langkah untuk segera sampai kost-an aku sudah sangat rindu dengan kasurku.

***
Tak sampai sepuluh menit aku sudah samapai di kamar kost ku. Tanpa mengganti seragam aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur, aku begitu lelah hari ini. Aku mengecek smartphone ku, ada beberapa notifikasi dari facebook dan twitterku, sedang aplikasi bbmku? Hanya terdapat beberapa broadcast yang sama sekali tidak berpengaruh di hidupku. Aku tersenyum miris beberapa hari lalu aplikasi bbmku tak semiris ini, biasanya ada ucapan selamat sore dari Reza meski siangnya kami bertemu di kampus tapi Reza tak pernah terlambat mengucapkan selamat sore. Sekarang? Ahh sudahlah aku ingin lupa.
Pandanganku teralih ke sampingku, ada boneka katak berwarna hijau sedang memeluk hati. Tanpa diperintah air mataku menetes begitu saja. Itu hadiah Reza saat aku berusia 18thn. Saat itu aku belum menjadi kekasihnya.
Saat ituu..
 Aku mengadakan makan malam di salah satu kafe bersama teman-temanku termasuk Reza. Aku yang saat itu berstatus hanya sebagai teman sekelas Reza terkejut karena Reza membawakanku kado dengan kotak yang cukup besar dan setelah memberikan kado tersebut Reza langsung beranjak tanpa ikut makan malam terlebih dahulu.
Ada rasa sedikit berdebar saat membuka kado dari Reza.
‘buka aku’ kalimat itu tergantung di flashdisk yang berada di pelukan boneka katak berwarna hijau.
Penasaran, aku pun mencolokkan flashdisk itu ke laptopku ada beberapa panduan disana dan dengan setia aku mengikutinya.
Alunan lagu a thousand years mulai terdengar saat aku membuka video yang berada dalam flashdisk yang diberikan Reza, aku tersenyum melihat foto-fotoku bersama sahabat-sahabatku dalam video yang dibuat Reza. Mataku membola membaca kalimat-kalimat romantis yang mulai bermunculan dalam video tersebut yang lebih mengejutkan di akhir video Reza menyatakan cintanya padaku. Ada rasa sedikit tabu, bukankah Reza menyukai sahabatku?
‘i love you – i love you’ aku terkejut karena boneka pemberian Reza mengeluarkan suara saat aku tak sengaja menekan bagian hatinya.
Senang, tentu saja aku senang mendapatkan semua itu dari Reza. Bukan karena aku menyukai Reza, tapi karena aku wanita yang normalnya senang jika mendapat perlakuan istimewa terlebih ini yang pertama. Jujur, saat ini aku sama sekali belum mempunyai perasaan apapun untuk Reza karena aku baru mengenalnya 6bulan dan selama 6bulan itu yang aku ketahui Reza menyukai sahabatku.
‘makasih ja, boneka nya. Lucu ih! Tapi maksudnya gimana yaa?’ aku  mengirim pesan tersebut untuk Reza.
‘itu boneka hadiah ulang taun buat kamu. Aku harap kamu simpen boneka itu tapi flashdisk nya tolong balikin yah, itu punya temen kost aku’

***
Bukan merasa senang pagi ini justru aku merasa canggung. Aku takut bertemu Reza hari ini, aku bingung harus berkata apa.
Sepanjang pelajaran Reza sama sekali tak menyapaku entah apa yang terjadi Reza yang biasanya hiperaktif hari ini berubah menjadi pendiam.
Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini sudah berbunyi 3menit lalu Reza langsung pergi bersama sahabatnya entah kemana, aku dan teman-temanku keluar untuk mencari makan sebelum bel pertanda mulainya jam pelajaran tambahan berbunyi.

***

Reza menarikku ke belakang sekolah, aku bertemu dengannya di gerbang sekolahku. Jam pelajaran tambahan memang telah usai, dan Reza baru datang.
Ilham, sahabat karib Reza mulai memetik gitarnya.
Alunan syair a thousand years kembali terdengar, hanya berbeda suara jika dalam video terdengari suara merdu penyanyi aslinya, sekarang terdengar suara sedikit sumbang khas Reza.
“kalo kamu mau jadi pacar aku terima bunga ini, tapi kalo engga kamu buang bunga ini” katanya.
Aku tersenyum kikuk, jujur aku risih diperlakukan seperti ini. Ini terlalu berlebihan menurutku. Aku mengambil bunga dari Reza yang berarti aku mau untuk menjadi kekasihnya. Jujur aku terkesan dengan kesungguhan Reza untuk mendapatkan hatiku walaupun dengan cara berlebihan. Tapi aku percaya tak ada manusia yang sempurna.

***

Malam ini aku berniat untuk makan di luar bersama Eka teman satu kost ku. Sebenarnya aku malas karena hampir semua tempat makan sudah ku kunjungi bersama Reza dan pasti ada kenangan disana.
Mataku terpaku melihat dua orang sedang bersenda gurau di kedai kebab yang terletak di depan warung makan tempat aku dan Eka makan saat ini. Ada Reza disana bersama gadis itu, Winda. Huhh aku mengenal gadis itu. Gadis itu adalah teman satu kampung Reza. Tapi aku tak menyangka hubungan mereka masih berlanjut, apa ia obat bosan Reza?
“aku deketin Winda yaa. Maen-maen aja” pinta Reza. Reza sudah menceritakan tentang Winda beberapa saat lalu. Winda adalah gadis yang di kenalkan teman Reza saat menghadiri pesta ulang tahun teman Reza yang kebetulan juga teman Winda. Dari situ Winda mereka bertukar nomor ponsel dan Winda sering menghubungi Reza.
“yaudah tapi jangan hubungin saya lagi” ucapku ketus. Wanita mana yang setuju di duakan?
“gitu aja ngambek! Tenang aja sih Cuma kamu yang di hati saya. Ngga mungkin ada yang lain”

“elo kenapa Sya?” tanya Eka membuyarkan lamunanku. Aku menggeleng dan menghapus air mata yang kembali mengalir di pipiku.

***

Air mataku kembali berjatuhan tatkala aku mengemasi semua barang-barang pemberian Reza. Semua kenangan terukir disana karena memang Reza selalu memberikan kesan saat memberikan semua barang-barang ini. Tapi sejak kejadian semalam aku bertekad untuk melupakan Reza dan membuang semua kenangannya.

***

Akhrinya pintu kamar kost Reza terbuka setelah beberapa kali aku mengetuknya. Wajah Reza masih terlihat mengantuk. Dulu jika datang sepagi ini aku langsung mendorong Reza masuk ke kamar mandi tapi saat ini aku datang dengan tujuan yang berbeda.
Tanpa berbicara aku langsung menyodorkan barang pemberian Reza yang telah aku masukkan dalam kardus. Raut wajah Reza terlihat bingung tapi aku tak boleh mempedulikannya. Aku harus lekas pergi.
“Syaa.. Tisya..” panggilnya aku terus berjalan berusaha tak menghiraukan Reza.
“jaa..” sapaan seorang gadis membuat Reza berhenti memanggilku dan mengalihkan perhatiannya ke gadis itu. Ternyata benar gadis itu berhasil merebut Reza.

***

Air mata ku lagi-lagi menetes. Aku pikir aku sudah kuat tapi ternyata aku salah. Aku tau ini bodoh menangisi seseorang yang terang-terangan melukaiku. Tapi menghapus rasa memang tak semudah teorinya. Aku masih berharap ini hanya mimpi. Aku masih berharap ini hanya surprisse yang diberikan Reza. Aku masih berharap, sungguh aku berharap. Aku tidak tau bagaimana cara menghapus harapan yang terkessan pembodohan bagi orang-orang yang tak merasakan.
‘lagi patah hati yaa? Ciyee!! Dari awal emang feeling kakak udah jelek. Tapi kakak engga mau kamu hidup dengan jawaban yang udah ada, kakak mau kamu hidup dengan jawaban yang kamu cari sendiri eh ternyata jawabannya sama. Dia brengsek yaa? Engga apa, ini tuh waktu dimana kamu harus bersyukur karena brengseknya dia udah kamu rasain sekarang bukan saat kamu ada di jenjang yang lebih serius. Puasin dulu nangisnya, nanti kalo udah selesai apus sendiri yaa aer matanya. Pengen sih aku ngapusin tapi kita jauh. Besok insaallah sore insaallah kakak sampe kostan kamu. Kita jalan ya, hampir 2tahun kita gak jalan bareng. – Theo’
Aku tersenyum membaca pesan singkat yang masuk ke smartphoneku, pria ini memang pria yang selalu dapat membuatku tersenyum dalam tangis. Theo Faybriean entah aku merasa pria ini selalu hadir saat aku merasa perih dan dia menghilang ketika aku mendapat kebahagiaan, sesaat. Dia kah kebahagiaanku sesungguhnya?

***


Malam gaesss, ini karya Mayang yang ke empat di tahun ini yaa. Hehe walaupun yang ketiga belom ending tapi entah kenapa Mayang bawaannya pengen buru-buru gitu.
Cerita ini udah lama banget bersarang di otak Mayang tapi setelah dituangin dalam kata entah kenapa gak semulus yang ada dibayangan udah berkali-kali ubah kata-katanya tapi entah kenapa masih kerasa kurang ngefeel. Jadi buat kamu yang baca, tolong kasih Mayang kritik serta saran yaa bisa di facebook sahabat aku ini atau twitter @MayangRPS atau coment di blog aku: rpmayang.blogspot.com
Terimakasihhhhhh :D
Eh ini aku udah send link ke ka theo, ka theo baca gak sih? Coba kalo ka theo baca tolong lambaikan tangan!!!

Rabu, 23 Juli 2014

Teristimewa


Semua pengunjung menatap kearahku.
“Terima.. Terimaa.. Terima” sorak mereka ramai
“pakailah cincin ini jika kau menerimaku, pecahkan balon ini jika kau menolakku” ucapnya.
Aku memandang rangkaian lilin yang dikelilingi beberapa orang dengan spanduk bertuliskan rayuan.
Dia menatapku, aku menunduk malu.
Semua pengunjung bersorak gembira.
“terimakasih” ujarnya memeluk dan mencium keningku.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku