“kamu tau semua sifat aku engga?” tanyanya. Aneh,
tak biasanya suasana setegang ini.
“tau lah kita kan udah pacaran setaun lebih” jawabku
mantap, berusaha berfikiran positif.
“kamu tau aku anaknya bosenan?” tanyanya, lagi. Aura
negatif mulai menguasai fikiranku, aku tetap berusaha tenang.
“tau” jawabku.
“aku bosen sama hubungan kita” ungkapnya
‘tesss..’
Air mataku menetes, tanganku menghapusnya.
Bagaimanapun aku tak mau terlihat lemah dihadapannya.
“terus selama ini apa?” tanyaku mencari kejelasan
pasalnya tak ada masalah dalam hubungan kami, semua berjalan baik, dia sama
sekali tak menunjukkan rasa bosannya.
“semua itu untuk nutupin rasa bosen aku, aku enggak
enak sama kamu. Awalnya aku kira rasa bosen ini Cuma bakal sesaat ternyata
bosen aku berkelanjutan. Kita udahan yaa. Percaya sama aku, kamu akan dapetin
laki-laki yang lebih baik dari aku” ungkapnya berjalan pergi meninggalkan aku
dan air mataku.
***
Semudah itu kah ia ucapkan pisah?
Semudah itu kah melupakan semua?
Air mataku terus mengalir, berulang kali aku menyeka
tapi percuma.
Semua bayangan yang telaah berlalu mulai terputar
satu persatu.
***
Ini hari ketiga aku putus dengan Reza, aku sudah
cukup merasa tenang. Sudah sejak kemarin
Reza tidak menampakkan batang hidungnya di kampus entah mengapa justru aku
merasa lega. Dan aku berharap tidak bertemu Reza selamanya.
Aku mempercepat langkah untuk segera sampai kost-an
aku sudah sangat rindu dengan kasurku.
***
Tak sampai sepuluh menit aku sudah samapai di kamar
kost ku. Tanpa mengganti seragam aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur, aku
begitu lelah hari ini. Aku mengecek smartphone ku, ada beberapa notifikasi dari
facebook dan twitterku, sedang aplikasi bbmku? Hanya terdapat beberapa
broadcast yang sama sekali tidak berpengaruh di hidupku. Aku tersenyum miris
beberapa hari lalu aplikasi bbmku tak semiris ini, biasanya ada ucapan selamat
sore dari Reza meski siangnya kami bertemu di kampus tapi Reza tak pernah
terlambat mengucapkan selamat sore. Sekarang? Ahh sudahlah aku ingin lupa.
Pandanganku teralih ke sampingku, ada boneka katak
berwarna hijau sedang memeluk hati. Tanpa diperintah air mataku menetes begitu
saja. Itu hadiah Reza saat aku berusia 18thn. Saat itu aku belum menjadi
kekasihnya.
Saat
ituu..
Aku mengadakan makan malam di salah satu kafe
bersama teman-temanku termasuk Reza. Aku yang saat itu berstatus hanya sebagai
teman sekelas Reza terkejut karena Reza membawakanku kado dengan kotak yang
cukup besar dan setelah memberikan kado tersebut Reza langsung beranjak tanpa
ikut makan malam terlebih dahulu.
Ada
rasa sedikit berdebar saat membuka kado dari Reza.
‘buka
aku’ kalimat itu tergantung di flashdisk yang berada di pelukan boneka katak
berwarna hijau.
Penasaran,
aku pun mencolokkan flashdisk itu ke laptopku ada beberapa panduan disana dan
dengan setia aku mengikutinya.
Alunan
lagu a thousand years mulai terdengar saat aku membuka video yang berada dalam
flashdisk yang diberikan Reza, aku tersenyum melihat foto-fotoku bersama
sahabat-sahabatku dalam video yang dibuat Reza. Mataku membola membaca
kalimat-kalimat romantis yang mulai bermunculan dalam video tersebut yang lebih
mengejutkan di akhir video Reza menyatakan cintanya padaku. Ada rasa sedikit tabu,
bukankah Reza menyukai sahabatku?
‘i
love you – i love you’ aku terkejut karena boneka pemberian Reza mengeluarkan
suara saat aku tak sengaja menekan bagian hatinya.
Senang,
tentu saja aku senang mendapatkan semua itu dari Reza. Bukan karena aku
menyukai Reza, tapi karena aku wanita yang normalnya senang jika mendapat
perlakuan istimewa terlebih ini yang pertama. Jujur, saat ini aku sama sekali
belum mempunyai perasaan apapun untuk Reza karena aku baru mengenalnya 6bulan
dan selama 6bulan itu yang aku ketahui Reza menyukai sahabatku.
‘makasih
ja, boneka nya. Lucu ih! Tapi maksudnya gimana yaa?’ aku mengirim pesan tersebut untuk Reza.
‘itu
boneka hadiah ulang taun buat kamu. Aku harap kamu simpen boneka itu tapi
flashdisk nya tolong balikin yah, itu punya temen kost aku’
***
Bukan
merasa senang pagi ini justru aku merasa canggung. Aku takut bertemu Reza hari
ini, aku bingung harus berkata apa.
Sepanjang
pelajaran Reza sama sekali tak menyapaku entah apa yang terjadi Reza yang
biasanya hiperaktif hari ini berubah menjadi pendiam.
Bel
tanda berakhirnya pelajaran hari ini sudah berbunyi 3menit lalu Reza langsung
pergi bersama sahabatnya entah kemana, aku dan teman-temanku keluar untuk
mencari makan sebelum bel pertanda mulainya jam pelajaran tambahan berbunyi.
***
Reza
menarikku ke belakang sekolah, aku bertemu dengannya di gerbang sekolahku. Jam pelajaran
tambahan memang telah usai, dan Reza baru datang.
Ilham,
sahabat karib Reza mulai memetik gitarnya.
Alunan
syair a thousand years kembali terdengar, hanya berbeda suara jika dalam video
terdengari suara merdu penyanyi aslinya, sekarang terdengar suara sedikit
sumbang khas Reza.
“kalo
kamu mau jadi pacar aku terima bunga ini, tapi kalo engga kamu buang bunga ini”
katanya.
Aku
tersenyum kikuk, jujur aku risih diperlakukan seperti ini. Ini terlalu
berlebihan menurutku. Aku mengambil bunga dari Reza yang berarti aku mau untuk
menjadi kekasihnya. Jujur aku terkesan dengan kesungguhan Reza untuk
mendapatkan hatiku walaupun dengan cara berlebihan. Tapi aku percaya tak ada
manusia yang sempurna.
***
Malam ini aku berniat untuk makan di luar bersama
Eka teman satu kost ku. Sebenarnya aku malas karena hampir semua tempat makan
sudah ku kunjungi bersama Reza dan pasti ada kenangan disana.
Mataku terpaku melihat dua orang sedang bersenda
gurau di kedai kebab yang terletak di depan warung makan tempat aku dan Eka
makan saat ini. Ada Reza disana bersama gadis itu, Winda. Huhh aku mengenal
gadis itu. Gadis itu adalah teman satu kampung Reza. Tapi aku tak menyangka
hubungan mereka masih berlanjut, apa ia obat bosan Reza?
“aku
deketin Winda yaa. Maen-maen aja” pinta Reza. Reza sudah menceritakan tentang
Winda beberapa saat lalu. Winda adalah gadis yang di kenalkan teman Reza saat
menghadiri pesta ulang tahun teman Reza yang kebetulan juga teman Winda. Dari situ
Winda mereka bertukar nomor ponsel dan Winda sering menghubungi Reza.
“yaudah
tapi jangan hubungin saya lagi” ucapku ketus. Wanita mana yang setuju di
duakan?
“gitu
aja ngambek! Tenang aja sih Cuma kamu yang di hati saya. Ngga mungkin ada yang
lain”
“elo kenapa Sya?” tanya Eka membuyarkan lamunanku. Aku
menggeleng dan menghapus air mata yang kembali mengalir di pipiku.
***
Air mataku kembali berjatuhan tatkala aku mengemasi
semua barang-barang pemberian Reza. Semua kenangan terukir disana karena memang
Reza selalu memberikan kesan saat memberikan semua barang-barang ini. Tapi sejak
kejadian semalam aku bertekad untuk melupakan Reza dan membuang semua
kenangannya.
***
Akhrinya pintu kamar kost Reza terbuka setelah
beberapa kali aku mengetuknya. Wajah Reza masih terlihat mengantuk. Dulu jika
datang sepagi ini aku langsung mendorong Reza masuk ke kamar mandi tapi saat
ini aku datang dengan tujuan yang berbeda.
Tanpa berbicara aku langsung menyodorkan barang
pemberian Reza yang telah aku masukkan dalam kardus. Raut wajah Reza terlihat
bingung tapi aku tak boleh mempedulikannya. Aku harus lekas pergi.
“Syaa.. Tisya..” panggilnya aku terus berjalan
berusaha tak menghiraukan Reza.
“jaa..” sapaan seorang gadis membuat Reza berhenti
memanggilku dan mengalihkan perhatiannya ke gadis itu. Ternyata benar gadis itu
berhasil merebut Reza.
***
Air mata ku lagi-lagi menetes. Aku pikir aku sudah
kuat tapi ternyata aku salah. Aku tau ini bodoh menangisi seseorang yang
terang-terangan melukaiku. Tapi menghapus rasa memang tak semudah teorinya. Aku
masih berharap ini hanya mimpi. Aku masih berharap ini hanya surprisse yang
diberikan Reza. Aku masih berharap, sungguh aku berharap. Aku tidak tau bagaimana
cara menghapus harapan yang terkessan pembodohan bagi orang-orang yang tak
merasakan.
‘lagi patah hati yaa? Ciyee!! Dari awal emang
feeling kakak udah jelek. Tapi kakak engga mau kamu hidup dengan jawaban yang
udah ada, kakak mau kamu hidup dengan jawaban yang kamu cari sendiri eh
ternyata jawabannya sama. Dia brengsek yaa? Engga apa, ini tuh waktu dimana
kamu harus bersyukur karena brengseknya dia udah kamu rasain sekarang bukan
saat kamu ada di jenjang yang lebih serius. Puasin dulu nangisnya, nanti kalo udah
selesai apus sendiri yaa aer matanya. Pengen sih aku ngapusin tapi kita jauh. Besok
insaallah sore insaallah kakak sampe kostan kamu. Kita jalan ya, hampir 2tahun
kita gak jalan bareng. – Theo’
Aku tersenyum membaca pesan singkat yang masuk ke
smartphoneku, pria ini memang pria yang selalu dapat membuatku tersenyum dalam
tangis. Theo Faybriean entah aku merasa pria ini selalu hadir saat aku merasa
perih dan dia menghilang ketika aku mendapat kebahagiaan, sesaat. Dia kah
kebahagiaanku sesungguhnya?
***
Malam gaesss, ini karya Mayang yang ke empat di
tahun ini yaa. Hehe walaupun yang ketiga belom ending tapi entah kenapa Mayang
bawaannya pengen buru-buru gitu.
Cerita ini udah lama banget bersarang di otak Mayang
tapi setelah dituangin dalam kata entah kenapa gak semulus yang ada dibayangan
udah berkali-kali ubah kata-katanya tapi entah kenapa masih kerasa kurang
ngefeel. Jadi buat kamu yang baca, tolong kasih Mayang kritik serta saran yaa
bisa di facebook sahabat aku ini atau twitter @MayangRPS atau coment di blog aku:
rpmayang.blogspot.com
Terimakasihhhhhh :D
Eh ini aku udah send link ke ka theo, ka theo baca
gak sih? Coba kalo ka theo baca tolong lambaikan tangan!!!